Selasa, 29 Desember 2009

jam

malam ini terjaga sebuah jam yang berdenting tik...tak..tik...tak...
bersama gelap, bercanda dan tertawa tik...tak...tik...tak...

seorang pemuda gelisah.....
melihat jam tersebut menunjukkan waktu yang tak kunjung menghentikan kerinduannya....
alunan jam itu....
tik...tak...tik...tak....
membawanya kealam dunia kesepian dan penantian....
sebuah paradoks cinta....

denting jam dan tangis pemuda itu berlomba-lomba...
seolah mencari kemenangan sebuah kebahagiaan....

tidak ada pencapaian disana...
tidak ada kebahagiaan...
tidak ada pemberhentian....

denting jam itu....
denting tik...tak...tik...tak....
menunjukkan betapa bodohnya pemuda itu menghabiskan nafas cintanya sia-sia....

apa tujuan itu?
untuk apa penantian dan kerinduan ini?

pertanyaan dan kegalauan terus menyelimuti pemuda itu...
namun betapa nikmatnya semua itu...
ketika tersadar bahwa ada cinta diantara semua kesia-siaan ini....

jadi....apa makna semua ini?

dan denting waktu terus berjalan menghabiskan malam yang gelap itu....
tik...tak...tik...tak...





affin, 30 Desember 2009

Senin, 14 Desember 2009

Wisata ‘Cinta’ di Lingkungan Universitas Indonesia
Oleh : Muhamad Affin Bahtiar, 0906561276

Globalisasi pada jaman sekarang ini memiliki beberapa dampak di berbagai aspek kehidupan. Salah satu aspek yang tidak terlepas dari dampak globalisasi adalah pergaulan remaja. Perilaku pergaulan remaja zaman dahulu telah mengalami perubahan pada zaman sekarang. Hal itu dikarenakan adanya fasilitas-fasilitas yang semakin memudahkan dalam pemenuhan kebutuhan dan pencarian informasi karena perkembangan teknologi yang semakin maju. Kemudahan-kemudahan tersebut selain dapat menimbulkan efek positif, juga dapat menimbulkan efek negatif. Salah satu dampak negatif adalah lunturnya kepatuhan remaja terhadap norma-norma yang berlaku di masyarakat.


Permasalahan yang penulis angkat adalah perbuatan asusila. Perbuatan asusila yang semakin banyak terjadi ini tidak hanya terjadi pada lingkungan yang memang merupakan tempat kegiatan tersebut, namun juga menjalar kepada lingkungan akademisi. Lingkungan Universitas Indonesia (selanjutnya disingkat UI) yang notabene merupakan lingkungan akademisi, kerap kali disalahgunakan oleh masyarakat sebagai tempat perbuatan asusila. Hal ini terkadang dianggap sangat tabu, akan tetapi kita masih sering melihat fenomena ini terjadi di masyarakat terutama fokus penulis di lingkungan UI, hal tersebut seolah-olah memperlihatkan pergeseran nilai sehingga dianggap sebagai hal yang biasa.


Dalam penuturan kali ini, penulis ingin menemukan jawaban atas beberapa permasalahan yaitu, siapakah yang melakukan perbuatan asusila di lingkungan UI, apakah dari pihak masyarakat sivitas akademika UI ataukah dari masyarakat luar. Selain itu penulis juga ingin melihat apa penyebab yang melatarbelakangi masyarakat melakukan perilaku asusila di lingkungan UI tersebut beserta tempat-tempat dimana saja masyarakat melakukan tindakan penyimpangan tersebut. Kemudian tidak ketinggalan juga, bagaimana tanggapan masyarakat tentang perilaku menyimpang yang ada di lingkungan UI. Penulis berusaha mendapatkan jawabannya berdasarkan penelitian oleh penulis sendiri dengan menggunakan metode antropologi khususnya observasi langsung di lapangan atau biasa disebut dengan observasi partisipasi.


Fokus permasalahan yang diinginkan oleh penulis adalah penyebab yang melatarbelakangi masyarakat melakukan perilaku asusila di lingkungan UI tersebut terutama di Jalan Cinta yang letaknya antara Asrama UI sampai di Fakultas Tekhnik.


Perilaku asusila adalah salah satu bentuk dari perilaku menyimpang yang berarti menyalahi norma-norma atau hukum yang berlaku dalam suatu masyarakat. Istilah perilaku asusila ini kemudian ditujukan untuk masyarakat yang melakukan tindakan seronok atau memunculkan indikasi adanya perilaku seksualitas.


Dalam melakukan pengumpulan data yang dibutuhkan, penulis melakukan dua kali observasi. Observasi tersebut dilakukan dalam dua hari yang berbeda secara langsung turun ke lapangan.


Observasi hari pertama dilakukan pada tanggal 18 November 2009, pukul : 22.00 - 01.30 WIB. Penulis memulai observasi di jalan antara Asrama UI sampai di Fakultas Tekhnik sesuai dengan fokus utama penelitian. Suasana di jalan tersebut cukup gelap dengan sedikit penerangan. Setelah menyusuri tiap daerah dengan teliti, penulis tidak mendapatkan hasil apapun. Tidak ada target operasi yang ditemukan di jalan tersebut. Hasil yang diperoleh mematahkan hipotesa penulis bahwa di Jalan Cinta merupakan tempat yang sering digunakan untuk perilaku asusila. Mengetahui hal tersebut penulis melanjutkan penelitiannya ke jembatan Teksas yang menghubungkan antara Fakultas Tekhnik dan Fakultas Ilmu Budaya. Disana penulis menemukan narasumber yang bernama Bapak Wahyu. Seseorang yang sedang memancing ikan sapu-sapu di danau. Informasi yang didapat dari narasumber tersebut adalah sejarah dari perkembangan keamanan di UI yang sekarang sudah cukup disiplin. Setelah mendapatkan informasi tersebut penulis memutuskan untuk mengakhiri observasi dengan tidak mendapatkan target operasi.


Observasi yang kedua selanjutnya dilaksanakan pada tanggal 5 Desember 2009, pukul : 21.00 - 24.00 WIB. Seperti pada observasi yang pertama, hari kedua ini pun penulis memulai observasi dari Asrama UI. Tujuan awal masih tetap Jalan Cinta sebagai pembuktian terhadap hipotesa penulis yang membutuhkan lebih dari sekali observasi untuk mendapatkan suatu kesimpulan. Seperti perkiraan penulis, di Jalan Cinta dengan suasananya yang sepi dan gelap tetap tidak membuahkan hasil berupa target operasi penelitian. Tidak berhenti disitu saja, penulis melakukan interview kepada tukang ojek di daerah Fakultas Tekhnik. Menurut informasinya, dulu Jalan Cinta memang dijadikan tempat untuk melakukan tindakan asusila. Namun, sejak pihak UI menutup Jalan Cinta, fenomena-fenomena tersebut sudah jarang sekali ditemukan. Selanjutnya di halte PNJ penulis menemukan target operasi yang dicari. Sepasang remaja duduk berdekatan di sisi gelap halte dengan membelakangi jalan raya. Sepanjang pengintaian penulis, mereka melakukan kegiatan-kegiatan yang menjurus ke arah tindak asusila dan berbau seksualitas. Pengintaian tersebut terhenti ketika mereka tersadar sedang diamati. Penulis mencoba untuk mewawancarai pasangan tersebut namun mereka buru-buru pergi. Sebelum mereka pergi pasangan laki-laki mengatakan hal yang menurut penulis merupakan suatu simbolisasi apa yang akan mereka lakukan selanjutnya. Berikut perkataan itu :

“Mas, gue mau cepet-cepet pergi. Ada acara. Sorry mas. ngerti kan maksud gue?”

Target kedua ditemukan di Halte Stasiun UI. Disana penulis mendapatkan rekaman tindakan asusila dari kedua pasangan tersebut walau tidak separah dibandingkan tindakan target sebelumnya. Suasananya remang dan kondisi cukup sepi. Penulis tidak melakukan interview karena sudah cukup puas dengan rekaman yang didapat dan pasangan itupun pergi karena tersadar sedang diamati.


Ekspedisi penulis akhirnya sampai pada target ketiga yang ditemukan di Halte Gerbatama. Sepasang remaja yang sedang duduk di tengah pergantian malam, dengan jarak intim sedang berbincang-bincang. Melihat tidak ada kegiatan-kegiatan yang menjurus pada tindakan asusila, akhirnya penulis memutuskan untuk mewawancarai mereka. Informasi yang didapatkan dari mereka cukup menarik. Pasangan yang diketahui bukan mahasiswa UI tersebut senang berada di tempat itu karena pemandangannya enak.

“ Enak mas ngobrol-ngobrol disini sambil liet mobil lewat”, ungkap pasangan laki-laki tersebut.

Selain informasi tersebut, penulis menjadi tahu dimana tempat favorit untuk berpacaran di lingkungan UI.
Selain interview kepada target operasi, penulis pun mewawancarai narasumber yaitu satpam dan masyarakat sekitar untuk mengetahui reaksi mereka terhadap perilaku tersebut. Satpam sebagai pihak keamanan menceritakan banyak kasus-kasus asusila yang dia dapat di lingkungan UI. Lampu-lampu yang gelap itu kadang memang sengaja dimatikan oleh satpam sebagai salah satu cara mereka untuk menangkap basah pelaku asusila. Berikut perkataan dari satpam itu :


“Emang sengaja dimatiin, jadi bisa kepergok yang lagi gituan. Kadang-kadang kalo yang uda parah dibiarin aja, masa ditangkap pas gituan. Ntar kalo uda selese baru ditangkap.”


Sedangkan menurut masyarakat sekitar yang bernama Ibnu, seorang mahasiswa UI, dia mengatakan bahwa tindakan asusila tersebut dapat mengganggu dan meresahkan. Seharusnya ada tindakan yang preventif dari pihak kemanan.


Begitulah akhir dari ekspedisi penulis atas wilayah UI saat jam telah menunjukkan pukul 24.00. Banyak sekali hal yang didapatkan dari ekspedisi ini, termasuk tempat-tempat di UI yang menjadi spot perjumpaan dua pasang remaja yang menjalin asmara.
Berdasarkan observasi yang dilakukan, penulis dapat menarik beberapa kesimpulan untuk menjawab masalah perilaku asusila di lingkungan UI. Latar belakang penyebab terjadinya hal tersebut di lingkungan UI karena lingkungan UI yang luas dan masih memiliki banyak hutan sehingga melemahkan pengawasan, banyak wilayah yang masih belum terjamah lampu, pemandangan di UI yang indah dan asri, serta akses masuk Ui yang terbilang cukup mudah. Tempat-tempat yang biasa digunakan pelaku adalah di halte-halte yang dirasa cukup strategis. Kawasan Jalan Cinta sendiri, sejak dinyatakan ditutup oleh pihak UI, tidak lagi atau sudah sangat jarang dijadikan sebagai tempat bagi remaja-remaja tersebut untuk menghabiskan malam. Pelaku tindakan mesum tersebut kebanyakan bukan mahasiswa UI, walau tidak bisa dipungkiri masih ada saja oknum mahasiswa UI yang melakukan penyimpangan tersebut.


Masyarakat UI ataupun masyarakat non-UI tentunya sangat menentang perilaku tersebut dilakukan terutama di kawasan UI yang merupakan institusi pendidikan. Hal itu karena lingkungan UI sebagai lingkungan pendidikan tidak sepantasnya digunakan untuk tempat mesum. Perilaku tersebut menjadi bentuk penghinaan sendiri terhadap institusi pendidikan ini.


Dalam pemikiran penulis tentang perilaku asusila tersebut yang dihubungkan dalam kajian kriminologis, kejahatan dan penyimpangan itu dibedakan dengan menitik beratkan ada atau tidaknya korban baik secara fisik, material, maupun psikologis. Jika perilaku asusila tersebut mulai meresahkan masyarakat, hal itu mendefinisikan perilaku asusila telah menjadi suatu tindak kejahatan. Ada beberapa reaksi yang mungkin terjadi baik secara formal, maupun nonformal. Reaksi formal yang ditawarkan oleh penulis sebagai solusi adalah pihak UI meningkatkan sistem pengamanan kampus dengan memperketat izin bagi warga non-UI yang masuk ke UI terutama di jam malam. Selain itu juga memperketat pengamanan akses masuk UI seperti meningkatkan dan menambah jumlah pengawas di pintu-pintu perbatasan yang tidak dipernah dijaga. Pihak UI juga harus memberikan sanksi yang berat bagi pihak yang tertangkap serta memberikan reward bagi pihak pelapor. Sedangkan reaksi nonformal yang dapat dilakukan oleh masyarakat berupa kesadaran dari diri sendiri dalam menjaga lingkungannya dengan jalan mengusir masyarakat yang kedapatan melakukan tindakan mesum.


Dengan adanya tulisan ini, diharapkan adanya perubahan lingkungan UI menjadi lebih baik. Konsep green campus yang dilaksanakan oleh pihak UI bukan hanya dalam ranah kealaman secara biologis saja. Namun, keamanan dan kenyamanan yang terjadi dalam beraktivitas di dalam lingkungan UI juga merupakan aspek penting dalam cita-cita kita bersama untuk menuju kampus yang hijau.



Daftar Pustaka

Mustofa, Muhammad. 2007. Kriminologi, Kajian Sosiologi Terhadap Kriminalitas, Perilaku Menyimpang, dan Pelanggaran Hukum. Jakarta :Fisip UI press.

Sunarto, Kamanto. 2004. Pengantar Sosiologi: Konformitas dan Penyimpangan. Jakarta: Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.

Rabu, 09 Desember 2009

perkenalan dalam sebuah perjumpaan

Muhamad Affin Bahtiar.....
siapa sih yang gak kenal???? banyak lah.....siapa gue....hehehehehe.....

gelar gue djupinwrongthree.....

pertama kali gue ngetik di blog nih....
seabis solat Dzuhur gue sambil tanya2 ke temen gue Maria Anastasia Wardani, "Eh, buat Blog gmn sih?"
dibuatin deh ma dia.....

trus dengan adanya laptop dari saudara MUHARILAH......
acara pembuatan Blog jadi lancar...


oke gitu dulu aja...
moga2 blog ini bisa bikin gue jadi orang sukses...amin


doain IP 3,5 atau lebih yee...
lulus summa cumlaud...
max 4 tahun lulus...
hahaha.......


selamat menikmati "a pieces of affin" gw yang selanjutnya...